Proses belajar mengajar tidak bisa terlepas dari berbagai faktor yang
mempengaruhi dan menunjang keberlangsunganya. Bagi lembaga pendidikan, setelah
menentukan program-progam dan kurikulum pendidikan, haruslah mempunyai prinsip
dalam menentukan arah tekhnis pelaksanaan cita-cita dari progam dan kurikulum
yang telah dicanangkan. Salah satu penunjang utamanya adalah, adanya motivasi
belajar bagi peserta didik yang terstruktur dan terkonstruk dengan baik
Sebelum membahas tentang pengertian dan pembahasan motivasi belajar,
kiranya kita perlu membahas terlebih dahulu tentang peninjauan sudut pandang
motivasi itu sendiri. Ada dua macam tinjauan tentang motivasi. pertama motivasi
dipandang sebagai suatu proses ilmu pengetahuan, dengan ini seorang guru bisa
melakukan prediksi terhadap tingkah laku peserta didik, serta dapat
diaplikasikan terhadap orang lain. Kedua, sebagai penentu karakteristik
seseorang yang bisa menjelaskan karakteristik lainnya.
A. Pengertian
Dan Urgensimya
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengambil sebuah contoh ; seorang
petani yang mencangkul di sawahnya dari pagi sampai petang tanpa henti. Jika
kita perhatikan si petani itu, akan muncul pertanyaan-pertanyaan dalam diri
kita, Mengapa si petani melakukan atau bekerja seperti itu? Atau dengan kata
lain, Apakah yang mendorong si petani berbuat seperti itu? Atau Apakah
motif si petani itu?
Dari ilustrasi di atas jelaslah bahwa yang dimaksud dengan motif adalah
segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Atau
Motif adalah suatu pernyataaan yang kompleks di dalam suatu organisme yang
mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.
Pada umumnya suatu motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang
kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu
tujuan, dan perangsang (incentive). Tujuan adalah yang menentukan dan
membatasi tingkah laku organisme itu.
Sedangkan urgensi daripada motivasi adalah sebagai pendorong, pengerak, dan
sebagai suatu pengarah terhadap tujuan. Dengan adanya motivasi, segala bentuk
kesimpangsiuran dalam menjalankan suatu aktifitas akan bisa terminimalisir.
B. Jenis Dan
Sifat Motivasi
Para ahli psikologi berusaha menggolong-golongkan motif-motif yang ada
dalam diri manusia atau suatu organisme, ke dalam beberapa golongan menurut
pendapatnya masing-masing. Woodworth menggolongkan dan membagi motif-motif
tersebut menjadi tiga jenis :
1. Kebutuhan-kebutuhan
organis (Organic Motive)
Motif ini berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian
dalam tubuh (kebutuhan-kebutuhan organis), seperti : lapar/haus, kebutuhan
bergerak dan beristirahat/tidur, dan sebagainya.
2. Motif-motif
darurat (Emergency Motive)
Motif ini timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan
yang cepat dan kuat karena perangsang dari luar yang menarik manusia atau suatu
organisme. Contoh motif ini antara lain : melarikan diri dari bahaya, berkelahi
dan sebagainya.
3. Motif-motif
obyektif (Objective Motive)
Motif obyektif adalah motif yang diarahkan/ditujukan ke
suatu obyek atau tujuan tertentu di sekitar kita. Motif ini timbul karena
adanya dorongan dari dalam diri kita (kita menyadarinya). Contoh : motif
menyelidiki, menggunakan lingkungan.
Selain pengklasifikasian di atas, Burton menggolongkan/membagi motif-motif
tersebut menjadi dua, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik.
1. Motif Intrinsik
Motif intrinsik adalah motif yang timbul dari dalam
seseorang untuk berbuat sesuatu atau sesuatu yang mendorong bertindak
sebagaimana nilai-nilai yang terkandung di dalam obyeknya itu sendiri.
Motivasi intrinsik merupakan pendorong bagi aktivitas
dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Keinginan untuk menambah pengetahuan
dan wawasan, keinginan untuk memahami sesuatu hal, merupakan faktor intrinsik
yang ada pada semua orang .
2. Motif Ekstrinsik
Motif ekstrinsik adalah motif yang timbul dari
luar/lingkungan. Motivasi ekstrinsik dalam belajar antara lain berupa
penghargaan, pujian, hukuman, celaan atau ingin meniru tingkah laku seseorang.
C. Prinsip
Motivasi Belajar
Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang mantab serta
diakibatkan oleh pengalaman. Belajar adalah suatu hal yang membedakan antara
manusia dan binatang. Ada banyak perilaku perubahan pengalaman, serta dianggap
sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar. Para ahli pendidikan dan
psikolog sependapat bahwa motivasi amat penting untuk keberhasilan belajar.
Pembahasan motivasi belajar tidak bisa terlepas dari masalah-masalah
psikologi dan fisiologi, karena keduanya ada saling keterkaitan. Yang
perlu di pahami dalam Prinsip-prinsip motivasi belajar adalah sebagai berikut:
Memuji lebih
baik daripada mencela.Perlu diketahui bahwa manusia cenderung akan mengulangi
perbuatan yang mendapat pujian atau apresiasi dari pihak lain
Memenuhi
kebutuhan psikologi
Motivasi
intrinsik lebih efektif daripada ekstrinsik
Keserasian
antara motivasi
Mampu
manjelaskan tujuan pembelajaran
Menumbuhkan
perilaku yang lebih baik
Mampu
mempengaruhi lingkungan
Bisa
diaplikasikan dalam wujud yang nyata.
Dalam proses pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar melibatkan
pihak-pihak sebagai berikut.
1. Siswa
Siswa bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri untuk
meningkatkan motivasi belajar pada dirinya agar memperoleh hasil belajar yang
memuaskan. Motivasi berupa tekad yang kuat dari dalam diri siswa untuk
sukses secara akademis, akan membuat proses belajar semakin giat dan penuh
semangat.
2. Guru
Guru bertanggungjawab memperkuat
motivasi belajar siswa lewat penyajian bahan pelajaran, sanksi-sanksi dan hubungan pribadi dengan
siswanya. Dalam hal ini guru dapat melakukan apa yang disebut dengan
menggiatkan anak dalam belajar. Usaha-usaha yang digunakan dalam mengiatkan adalah :
a. Mengemukakan pertanyaan
b. Memberi ganjaran
c. Memberi hadiah
d. Memberi hukuman/sanksi
Kreativitas serta aktivitas guru harus mampu menjadi inspirasi bagi para
siswanya. Sehingga siswa akan lebih terpacu motivasinya untuk belajar,
berkarya, dan berkreasi.
3. Orang
tua atau keluarga dan lingkungan
Tugas memotivasi belajar bukan hanya tanggungjawab guru semata, tetapi
orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Selain
itu motivasi sosial dapat timbul dari orang-orang lain di sekitar siswa,
seperti dari tetangga, sanak saudara, atau teman bermain.
Fungsi keluarga adalah sebagai motivasi utama bagi peserta didik, karena
memiliki intensitas yang lebih tingi untuk menanamkan motif-motif tertentu bagi
proses pembelajaran anak.
Hal paling mendasar yang digunakan sebagai motivasi dasar dalam islam
adalah, pentingnya menanamkan unsur-unsur ideologi dalam proses pembelajaran,
sehingga dalam proses perjalanan pembelajaran siswa tidak mengalami kegoncangan
jiwa yang bisa menghambat hasil dari pendidikan itu sendiri.
D. Problematika Motivasi Siswa Dalam Belajar
Pemimpin adalah seorang yang mampu mempengaruhi orang lain, dengan beberapa
persyaratan, antara lain, memiliki intelektualitas yang tingi, mampu melakukan
hubungan sosial yang baik, kematangan emosional, fisik yang baik, imajiner dan
mau berkerja keras. Akan tetapi dalam kenyataan di lembaga pendidikan
kita jarang dijumpai seorang guru yang memiliki kriteria di atas.
Ada beberapa persyaratan yang harus dimaksimalkan dalam memecahkan
problematika tersebut, karena dalam kenyataanya manusia selalu mengharapkan
adanya nasehat dan petunjuk dari orang lain sebagai bentuk kebutuhan primer
dari fitrah manusia itu sendiri. Diantara problematika yang perlu di antisipasi
dalam lembaga pendidikan kita adalah:
1. Kurangnya Memadukan motif-motif kuat
yang sudah ada
Misalnya motif untuk menjadi sarjana
tidak dipadukan dengan motif untuk menonjolkan diri yang kebetulan ada pada
diri siswa agar berhasil dalam belajar.
2. Tidak adanya kejelasan tujuan yang
hendak dicapai
Semakin jelas tujuan belajar semakin
kuat motif untuk mencapainya, setidak-tidaknya semakin efektif berbuat. Oleh
karena itu sangat ideal apabila guru merumuskan dengan jelas tujuan belajar.
3. Tidak adanya rumusan tujuan sementara
Suatu kegiatan yang mempunyai tujuan
yang jauh dapat dipenggal-penggal hingga didapat tujuan sementara atau tujuan
jangka pendek.
4. Kurangnya Merangsang pencapaian kegiatan
Semakin dekat tujuan, semakin kuat
motif untuk mencapainya. “Kedekatan tujuan” dapat dilakukan dengan membuat
tujuan sementara, sebab mencapai tujuan sementara menyadarkan siswa dalam usaha
mencapainya.
5. Tidak adanya situasi persaingan
Pada umumnya dalam diri setiap individu
ada usaha untuk menonjolkan diri atau ingin dihargai. Kecenderungan ini dapat
disalurkan dalam persaingan sehat di mana guru menciptakan suasana setiap siswa
giat berusaha.
6. Kurangnya menumbuhkan Persaingan dengan
diri sendiri.
Siswa diberi tugas yang berbeda
sehingga siswa itu sendiri yang akan melihat tugas mana yang paling baik
hasilnya. Dengan demikian dia dapat mempergunakan upaya yang digunakan pada
waktu mengerjakan pekerjaan yang paling baik hasilnya.
7. Kurang maksimalnya laporan hasil yang
dicapai
Apabila telah selesai pekerjaan siswa
maka beritahukan hasilnya sehingga dia semakin giat mencapainya lagi dengan
lebih baik. Inilah keuntungan yang utama bila hasil pekerjaan diberitahukan
pada setiap orang.
8. Tidak adanya contoh yang positif
dari pendidik
Guru yang mengharapkan sesuatu dari
siswanya harus juga memperlihatkan yang dimintainya itu terpancang dalam diri
guru. Dengan demikian siswa menilai guru tersebut bekerja baik. Hal ini
menimbulkan kegairahan belajar dalam diri siswa. Lebih jelasnya, seorang guru
harus mempunyai strategi pendekatan yang mampu mempengaruhi siswa dalam
belajar.
KESIMPULAN
Lembaga pendidikan, sebagai wadah tempat berkumpulnya agen-agen perubahan
sosial dan segala perangkatnya, haruslah memiliki prinsip kebersamaan atau
kerjasama yang baik antar lembaga dan anggota serta orang-orang yang
berkepentingan di dalamnya, tanpa kerjasama yang baik, semua cita-cita yang
menjadi tujuan berdirinya lembaga pendidikan ibarat asap yang terlihat tebal
akan tetapi mudah sirna dengan sendirinya.
Pemerintah melalui Undang-undang Sisdiknasnya yang menitikberatkan
cita-cita luhur pendidikan haruslah menjadi motivator pada pembentukan pribadi
yang memiliki kecerdasan akal dan spiritual, dengan menjunjung tinggi prinsip
kemanusiaan dan kerjasama yang baik dengan elemen-elemen pendidikan itu
sendiri.
Di negara tercinta kita saat ini, Rasa kemanusiaan menjadi satu-satunya
kebutuhan utama yang diharapkan mayoritas masyarakat, karena hak mendapat
pendidikan yang layak adalah hak dari semua warga negara. Pemerintah kiranya
perlu melakukan evaluasi ulang terhadap tumbuhnya lembaga-lembaga pendidikan
yang terkesan ekslusif dan hanya bisa dijangkau oleh orang-orang yang kaya
saja, Sebagai bentuk rasa tanggung jawab dan kemanusiaan bagi seluruh
warga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar